Olo Panggabean
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sahara Oloan Panggabean (lahir di
Tarutung,
24 Mei 1941 – meninggal di
Medan,
30 April 2009 pada umur 67 tahun)
[1] adalah seorang tokoh yang terkenal karena kegiatannya di bidang perjudian dan juga karena sifat filantropinya.
Keluarga
Olo adalah anak ketujuh dari delapan bersaudara dari pasangan
Friedolin Panggabean dan Esther Hutabarat. Sampai akhir hayatnya Olo
tidak pernah menikah.
Drama Kehidupan
Pendirian IPK
Olo Panggabean diperhitungkan setelah keluar dari organisasi
Pemuda Pancasila, saat itu di bawah naungan
Effendi Nasution alias Pendi Keling, salah seorang tokoh Eksponen ‘66’. Tanggal
28 Agustus 1969, Olo Panggabean bersama sahabat dekatnya, Syamsul Samah mendirikan
IPK. Masa mudanya itu, dia dikenal sebagai preman besar.
Wilayah kekuasannya di kawasan bisnis di Petisah. Dia juga sering dipergunakan oleh pihak tertentu sebagai
debt collector. Sementara organisasi yang didirikan terus berkembang, sebagai bagian dari lanjutan
Sentral Organisasi Buruh Pancasila (SOB Pancasila), di bawah naungan dari Koordinasi Ikatan – Ikatan Pancasila (
KODI), dan pendukung Penegak Amanat Rakyat Indonesia (
Gakari).
Olo Panggabean sering disebut sebagai seorang "raja
perjudian" yang berpengaruh
[1][2][3] di kawasan tersebut, meskipun tuduhan terhadapnya belum dapat dibuktikan pihak berwajib.
[2]. Dan saat ini IPK dipimpin oleh keponakannya Budi Panggabean
Peristiwa penembakan Brimob
Olo Panggabean pernah dituding sebagai pengelola sebuah perjudian
besar di Medan. Semasa Brigjen Pol Sutiono menjabat sebagai Kapolda
Sumut (1999), IPK pernah diminta untuk menghentikan praktik kegiatan
judi. Tudingan itu membuat Moses Tambunan marah besar. Sebagai anak buah
Olo Panggabean, Moses menantang Sutiono untuk dapat membuktikan
ucapannya tersebut.
Persoalan ini diduga sebagai penyulut insiden di kawasan
Petisah.
Anggota brigade mobile (Brimob) terluka akibat penganiayaan sekelompok
orang. Merasa tidak senang, korban yang terluka itu melaporkan kepada
rekan – rekannya. Insiden ini menjadi penyebab persoalan, sekelompok
oknum itu memberondong “Gedung Putih” dengan senjata api.
Permasalahan dengan Sutanto
Pada pertengahan
2000, ia menerima perintah panggilan dari
Sutanto
(saat itu menjabat sebagai Kapolda Sumut) terkait masalah perjudian
namun panggilan tersebut ditolaknya dengan hanya mengirimkan seorang
wakil sebagai penyampai pesan. Sejak jabatan
Kapolri disandang
Sutanto pada tahun
2005, kegiatan perjudian yang dikaitkan dengan Olo telah sedikit banyak mengalami penurunan.
[1].
Semasa Sutanto menjadi Kapolri, bisnis judi Olo diberantas habis sampai
keakar akarnya. Sutanto berhasil memberantas judi di Sumatera Utara
kurang dari tiga tahun, suatu hal yang tidak dapat dilakukan oleh
Kapolri sebelumnya. Sejak itu, Olo dikabarkan memfokuskan diri pada
bisnis legal, seperti POM Bensin , Perusahaan Otobus (PO) dan
sebagainya.
Filantropi
Pernah muncul di media massa, ada keluarga yang anaknya disandera
rumah sakit karena tak mampu membayar biaya persalinan. Malah tiba-tiba
pihak rumah sakit memperlakukan keluarga itu sangat istimewa, karena Olo
Panggabean melunasi dan menjamin semua biaya diperlukan. Ada juga
keluarga miskin yang digusur paksa oknum petugas
Satpol PP,
menangis pilu karena gerobak sorong tempatnya berjualan dihancurkan
hingga kehilangan mata pencaharian. Malah tiba-tiba memiliki kios
permanen atas biaya dari Olo Panggabean.
Kisah Angi dan Anjeli
Kisah sedih bayi kembar siam Angi-Anjeli anak dari pasangan Subari
dan Neng Harmaini yang kesulitan membiayai dana operasi pemisahan di
Singapura, tahun 2004 adalah satu contoh kedermawanan Olo. Ibu sang
bayi, Neng Harmaini, melahirkan mereka di RS Vita Insani, Pematang
Siantar, Rabu,
11 Februari 2004
pukul 08.00 WIB, melalui operasi caesar. Kembar siam ini lahir dengan
organ jantung, hati dan paru-paru yang saling berdiri sendiri. Bayi
kembar siam ini harus diselamatkan dengan operasi caesar, tapi
orangtuanya tidak mampu. Di tengah pejabat Pemprovsu dan Pemko Siantar
masih saling lempar wacana untuk membantu biaya operasi, malah Olo
Panggabean bertindak cepat menanggung semua biaya yang diperlukan.
Bahkan saat bayi bernasib sial itu tiba di Bandara Polonia Medan dengan
pesawat Garuda Indonesia No. GIA 839 pada Senin 18 Juli 2004 sekitar
pukul 11.30, Olo Panggabean menyempatkan diri menyambut dan
menggendongnya.
Meninggal dunia
Setelah menjalani pengobatan di Singapura dikarenakan komplikasi
diabetes, Olo Panggabean Sang "Godfather" meninggal dunia di Medan pada
tanggal 30 April 2009.
0 komentar:
Posting Komentar